Minggu, 28 Juni 2020

Jenis - jenis Kerusakan pada beton bertulang dan upaya penanganannya.


Kerusakan beton dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.Spalling
2.Deformasi (deformation)
3.Retak (cracks)
4.Disintegrasi (disintegration).

》SPALLING
Spalling adalah retak, pecah atau chipping pada joint atau pula retak pinggir. Biasanya terjadi 0,6 meter dari joint/retak pinggir. Spalling dapat menyebabkan lepas berpuing pada beton, roughness, yang umumnya merupakan indikator kelanjutan kerusakan joint/retak.
Biasanya spalling disebabkan oleh terlampauinya tegangan pada joint/retak yang disebabkan infiltrasi incompressible material dan kelanjutan dari proses expansi. Disintergrasi beton dari freeze-thaw atau retak “d”. Lemahnya beton pada joint kerena kurang  padat. Missalignment atau dowel berkarat dan juga beban lalu lintas yg berat atau berlebihan.
Metode perbaikan pada kerusakan spalling, tergantung pada besar dan dalamnya spalling yang terjadi. Ada 4 metode spalling, yaitu :
1. Patching
Untuk spalling yang tidak terlalu dalam (kurang dari selimut beton) dan area yang tidak luas, dapat digunakan metode patching. Metode perbaikan ini adalah metode perbaikan manual, dengan melakukan penempelan mortar secara manual. Pada saat pelaksanaan yang harus diperhatikan adalah penekanan pada saat mortar ditempelkan, sehingga benar-benar didapatkan hasil yang padat.
Material yang digunakan harus memiliki sifat mudah dikerjakan, tidak susut dan tidak jatuh setelah terpasang (lihat maksimum ketebalan yang dapat dipasang tiap lapis), terutama untuk pekerjaan perbaikan overhead. Umumnya yang dipakai adalah monomer mortar, polymer mortar dan epoxy mortar.
2. Grouting
Sedang pada spalling yang melebihi selimut beton, dapat digunakan metode grouting, yaitu metode perbaikan dengan melakukan pengecoran memakai bahan non-shrink mortar. Metode ini dapat dilakukan secara manual (gravitasi) atau menggunakan pompa.
Pada metode perbaikan ini yang perlu diperhatikan adalah bekesting yang terpasang harus benar-benar kedap, agar tidak ada kebocoran spesi yang mengakibatkan terjadinya keropos dan harus kuat agar mampu menahan tekanan dari bahan grouting.
Material yang digunakan harus memiliki sifat mengalir dan tidak susut. Umumnya digunakan bahan dasar semen atau epoxy.
 3. Shotcrete (Beton Tembak)
Shotcrete merupakan metode ketiga, yaitu metode yang sebaiknya dilakukan apabila spalling terjadi pada area yang sangat luas. Pada metode ini tidak diperlukan bekesting lagi seperti halnya pengecoran pada umumnya. Metode shotcrete ada dua sistim yaitu dry-mix dan wet-mix.
Pada sistem dry-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran kering dan akan tercampur dengan air di ujung selang. Sehingga mutu dari beton yang ditembakkan sangat tergantung pada keahlian tenaga yang memegang selang yang mengatur jumlah air. Tapi sistim ini sangat mudah dalam perawatan mesin shotcrete-nya, karena tidak pernah terjadi ‘blocking’.
Pada sistem wet-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran basah, sehingga mutu beton yang ditembakkan lebih seragam. Tapi sistim ini memerlukan perawatan mesin yang tinggi, apalagi bila sampai terjadi ‘blocking’.
Pada metode shotcrete, umumnya digunakan additive untuk mempercepat pengeringan (accelerator), dengan tujuan mempercepat pengerasan dan mengurangi terjadinya banyaknya bahan yang terpantul dan jatuh (rebound).
 4. Grout Preplaced Aggregat (Beton Prepack)
Metode perbaikan lainnya untuk memperbaiki kerusakan berupa spalling yang cukup dalam adalah dengan metode Grout Preplaced Aggregat. Pada metode ini beton yang dihasilkan adalah dengan cara menempatkan sejumlah agregat (umumnya 40% dari volume kerusakan) kedalam bekesting, setelah itu dilakukan pemompaan bahan grout, kedalam bekesting.
Material grout yang umumnya digunakan adalah polymer grout, yang memiliki flow cukup tinggi dan tidak susut.

DEFORMASI
  • Deformasi   adalah   sembarang   perubahan   permukaan beton dan bentuk aslinya. Penyebab dari deformasinya beton adalah :
  • Beban lalu lintas.
  • Pengaruh lingkungan, atau pengaruh lain seperti : tanah pondasi mudah mengembang, mudah membeku atau penurunan tanah pondasi yang berlebihan.
  • Retakan pelat beton atau gerakan relatif diantara pelat-pelat. Deformasi mengurangi kualitas kenyamanan kendaraan dan dapat menimbulkan genangan air yang menambah kemungkinan air masuk ke celah beton. Genangan air ini juga dapat mengakibatkan kecelakaan.

  • Berikut adalah kerusakan beton yang merupakan bagian dari deformasi :

  • 1. Pemompaan (Pumping)
  •        Pemompaan   adalah   peristiwa terangkatnya campuran air, pasir, lempung di sepanjang sambungan transversal atau longitudinal. Tahap awal dari pemompaan lapis pondasi dari material granuler sama dengan pemompaan pada tanah berbutir halus. Suatu rongga terbentuk oleh beban yang berulang-ulang pada material pondasi. Rongga-rongga ini awalnya adalah akibat dari pemadatan lapis pondasi atau tanah dasar yang tidak baik, atau dapat pula rongga berasal dari butiran halus yang terkumpul di dalam lapis pondasi akibat deformasi permanen yang berlebihan pada bagian lapis pondasi sebelah atas. Kemudian air masuk ke dalam rongga. Jika material granuler gradasinya padat, maka material akan tetap di bawah pelat sampai terangkut oleh pengaruh defleksi pelat akibat beban berulang dari lalu lintas. Retak transversal dapat terjadi oleh akibat pemompaan. Retak ini diakibatkan oleh material berbutir halus yang terangkut ke atas dari tanah dasar, sehingga mengurangi cukungan tanah dasar pada pelat beton. Tipe kerusakan semacam ini tidak mudah untuk di identifikasi. Kemungkinan  kerusakan dapat dikenali dengan sambungan atau retakan yang di sampingnya terdapat endapan material berbutir halus 
  • yang terpompa.

  • Faktor penyebab kerusakan :
  • - Seperti yang telah dijelaskan diatas adalah akibat terpompanya material berbutir halus dari tanah-dasar atau lapis pondasi, ketika retakan atau sambungan tergenang air dan dilalui kendaraan secara berulang-ulang, sehingga mengurangi dukungan tanah dasar pada pelat beton.

  • Upaya penanganan:
  • - Menutup retakan atau celah sambungan dengan material pengisi (joint sealing).
  • - Menyuntikkan (grouting) material pengisi ke dalam rongga di bawah pelat yang retak (under seal).

  • 2. Blow-up/Buckling
  • Blow-up/bucklings adalah rusaknya beton akibat tekuk (buckling) lokal dari beton. Biasanya terjadi pada retakan atau sambungan melintang yang mengalami tegangan tekan yang tinggi, yaitu jika material keras mengisi sambungan, sehingga menghambat pemuaian pelat beton. Sebagai akibatnya ujung pelat beton terangkat secara lokal dan terjadi penekukan di dekat sambungannya. Blow-up sering terjadi selama musim panas, di mana pelat memuai secara berlebihan.
  • Menghindari blow-up adalah dengan merawat sambungan secara reguler agar ruang ekspansi tersedia saat beton memuai. Untuk hal ini sambungan harus selalu dibersihkan.

  • Faktor penyebab kerusakan :
  • Sambungan pelat terisi dengan material keras  (ex :  pasir, kerikil) sehingga menghambat pemuaian pelat beton.

  • Upaya penanganan:
  • - Menambal di kedalaman parsial atau di seluruh kedalaman pelat.
  • - Penggantian pelat.

  • 3. Punch-out
  • Punch-out adalah kerusakan lokal pada beton yang pecah menjadi beberapa bagian yang relative kecil. Sering di ikuti dengan tenggelamnya/tertimbunnya pecahan pelat. Punch-out mempunyai banyak perbedaan bentuk, biasanya didefinisikan dari retakan dan sambungan atau retak yang berjarak dekat (biasanya berjarak 1.5 m)

  • Faktor penyebab kerusakan :
  • - Pelat beton yang terlalu tipis.
  • - Pengecoran beton buruk.

  • Upaya penanganan:
  • - Retakan di isi.
  • - Penambalan di seluruh kedalaman pelat yang pecah.

  • 4. Rocking
  • Rocking adalah  fenomena dinamik yang berupa gerakan vertikal pada sambungan atau retakan akibat beban lalu lintas. Biasanya, rocking terjadi akibat turunnya tanah dasar atau pemompaan (pumping) lapisan pendukung di bawah pelat, sehingga dukungan hilang yang dapat menimbulkan patah permanen.

  • Faktor penyebab kerusakan :
  • - Pemadatan yang buruk pada lapis pondasi bawah.
  • - Tanah dasar buruk.
  • - Terjadi beda penurunan pada tanah-dasar.
  • - Hilangnya butiran halus pada lapis pondasi bawah (subbase) atau tanah-dasar akibat pemompaan.

  • Upaya penanganan:
  • - Dilakukan penutupan retakan dengan bahan pengisi retakan (crack filling).
  • - Dilakukan penutupan sambungan dengan pengisi sambungan (joint sealing).
  • - Jika mungkin, pelat yang patah diangkat ke posisi semula dan di ikuti dengan pengisian menggunakan bahan pengisi (ex:  growing dengan semen).

  • 》RETAK (CRACKS)
  • Retak yang terjadi pada beton disebabkan oleh beberapa faktor dengan pola retak yang berbeda-beda. Penyebab perbedaan pola ini juga bermacam-macam.
  • Retak susut terjadi akibat dari penyusutan betonnya sendiri. Retak ini sering terjadi selama masa pengeringan. Bentuk retakan biasanya pendek-pendek dengan jarak yang acak, baik dalam arah memanjang dan melintang. Semua beton dengan semen portland akan mengalami retak susut, tapi bila perancangan baik, retak ini bisa dikendalikan. Sehingga tidak merusak beton.
  • Secara umum, retak pada beton dapat di akibatkan oleh banyak hal, seperti:
  • Kekuatan (mutu bahan) dan tebal beton kurang.
  • Beban kendaraan berlebihan (overload).
  • Kehilangan dukungan tanah-dasar yang diakibatkan oleh pemompaan (pumping).
  • Pasti lebar pelat beton terhadap panjang tidak benar (sambungan terlalu jauh).
  • Tegangan tekuk yang berlebihan oleh akibat perubahan temperatur.
  • Tidak sempurnanya transfer beban pada sambungan sambungan.
  • Sambungan tidak cukup dalam atau buruknya sambungan.

  • Pada prinsipnya, bila tegangan pada beton terlalu tinggi, maka akan mengakibatkan beton retak. Pecahnya struktur beton yang disebabkan oleh kelelahan atau beban yang berlebihan terjadi dalam bentuk pecahan di sudut, pecah ke arah memanjang, atau melintang. Retak yang banyak terjadi di dekat sambungan mungkin akibat pecah struktural, sedang pecah yang terjadi di pusat pelat beton adalah akibat tekukan atau kontraksi.

  • Retaknya pelat beton bisa berakibat pada:
  • Hilangnya kenyamanan dalam berkendaraan (kegagalan fungsional).
  • Hilangnya kemampuan pelat beton dalam menyebarkan began ke lapisan di bawahnya.
  • Hilangnya keindahan permukaan jalan.
  • Korosi pada tulangan beton.
  • Masuknya air ke lapisan lebih bawah, sehingga dukungan terbaclap pelat melemah.

  • Untuk membuat retakan terlihat rapih, maka di permukaan beton dibarut atau dibuat alur yang lurus pada interval tertentu. Retak tambahan dapat terjadi akibat tegangan-tegangan yang disebabkan olek kontraksi atau melengkungnya pelat beton.
  • Bila beton timbul retak, maka segera dibersihkan dan ditutup. Jika terdapat problem struktural, maka harus ditambal pada seluruh kedalamannya. Jika terdapat rongga di bawah pelat, maka rongga harus ditutup dengan aspal atau bahan lain. Seluruh sambungan dan retakan harus ditutup dengan bahan perekat supaya masuknya air dan bahan asing yang lain dapat dicegah. Jika sambungan atau retakan tidak ditutup, maka kemungkinan besar akan terjadi kerusakan beton secara menyeluruh.

  • Tipe-tipe retak pada perkerasan beton menurut AUSTROADS (1987) adalah
  • Retak memanjang (longitudinal cracks)
  • Retak melintang (transversal cracks)
  • Retak diagonal (diagonal cracks)
  • Retak berkelok-kelok (meandering cracks)
  • Pecah sudut (corner breaks) retak sudut (corner cracks).

  • 1. Retak Memanjang (Longitudinal Cracks)
  • Retak memanjang atau longitudinal cracks adalah retak individual atau tidak saling berhubungan antar retakan satu sama lain yang memanjang disepanjang beton. Retak ini bisa nampak sebagai individu maupun sekelompok retakan yang sejajar.

  • Faktor penyebab kerusakan :
  • - Beda penurunan pada tanah-dasar.
  • - Susut lateral, karena pelat terlalu lebar.
  • - Sambungan memanjang terlalu dekat dengan jalur lalu lintas.
  • - Sambungan memanjang terlalu dangkal.
  • Pelat kurang tebal.

  • Upaya penanganan:
  • - Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari  5 mm), maka dapat dilakukan pengisian celah dengan aspal. Retakan dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam celah beton.
  • - Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka  dilakukan pembangunan pelat kembali secara lokal.
  • Penambalan di seluruh kedalaman.

  • 2. Retak Melintang (Transversal Cracks)
  • Retak melintang atau transversal adalah retak individual atau tidak saling berhubungan antara retakan satu sama lain yang melintang sepanjang beton. Jika pelat yang panjang dibangun, retak melintang dapat timbul akibat pelengkungan atau kontraksi yang berlebihan dari pelat.
  • Beton dengan menggunakan semen portland  yang tidak ditengkapi 
  • dengan tulangan baja, apabila ada perubahan temperatur akan Iebih beresiko mempunyai  retak  melintang yang lebar. Jika retakan tidak mendapat transfer beban pada tampang retakan, maka dapat 
  • dipastikan kerusakan tersebut akan berkelanjutan.

  • Faktor penyebab kerusakan :
  • - Penyusutan beton selama masa perawatan dan -felat beton terlalu panjang.
  • - Adanya rocking  (gerakan vertikal pada sambungan atau retakan, oleh beban dinamis lalu lintas).
  • - Pelat beton kurang tebal.

  • Upaya penanganan:
  • - Untuk celah yang kecil  (misalnya kurang dari  5 mm), maka dilakukan pengisian celah dengan aspal. Retakan dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam celah beton.
  • - Untuk celah yang lebih lebar  (misalnya lebih dari  5 mm), maka dilakukan pembangunan pelat kembali secara lokal.
  • Penambalan di seluruh kedalaman.

  • 3. Retak Diagonal (Diagonal Cracks)
  • Retak diagonal adalah retak individual atau tidak saling berhubungan antara retakan satu sama lain yang menyilang secara diagonal pada permukaan beton. Penyebab kegagalan struktur semacam ini adalah kibat dari memadatnya tanah dasar berupa pasir halus, sehingga mengurangi kekuatanya dalam mendukung pelat. Kondisi ini mengakibatkan pecahnya pelat beton akibat tegangan yang berlebihan dalam pelat.

  • Faktor penyebab kerusakan :
  • - Susutnya beton selama masa perawatan dan panjang pelat yang berlebihan.
  • - Penurunan tanah dasar dan beton.
  • - Pelat beton kurang tebal.
  • - Pelat mengalami rocking.

  • Upaya penanganan:
  • - Untuk celah yang kecil  (misalnya kurang dari  5 mm), maka dilakukan pcngisian celah dengan aspal. 
  • - Retakan dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam celah beton.
  • - Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal.
  • - Penambalan di seluruh kedalaman.

  • 4. Retak Berkelok-kelok (Meandering Cracks)
  • Retak  berkelok-kelok  adalah  retak  berkelok-kelok  tidak beraturan yang bersifat individual atau tidak saling berhubungan antara satu sama lain.

  • Faktor penyebab kerusakan :
  • - Penyusutan pelat sclama masa pengeringan beton dengan panjang pelat yang berlebihan.
  • - Pelat beton kurang tebal.
  • - Pelat mengalami rocking.
  • - Penurunan beton dan tanah dasar.

  • Upaya penanganan:
  • - Untuk celah yang kecil  (misalnya kurang dari  5 mm), maka dilakukan pengisian celah dengan aspal. 
  • - Retakan dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam perkerasan.
  • - Untuk celah yang lebih lebar  (misalnya lebih dari  5 mn), maka dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal.
  • - Penambalan di seluruh kedalaman.

  • 5. Pecah Sudut/Retak Sudut (Corner Breaks/Corner Cracks)
  • Pecah sudut atau retak sudut adalah retakan atau pecahan yang terjadi di sudut pelat beton, dengan bentuk pecahan berupa segitiga. Pecahan beton memotong sambungan pada jarak kurang atau sama dengan setengah dari panjang pelat di kedua sisi panjang dan lebarnya yang diukur dari sudut pelat. Pecah sudut berbeda dengan gompal sudut, di mana pecah sudut berkembang memotong keseluruhan pelat secara vertikal, sedang gompal di sudut adalah gompal yang memotong sambungan dengan sudut tertentu.

  • Faktor penyebab kerusakan :
  • - Beban lalu lintas berulang yang berlebilian dan kurangnya dukungan tanah dasar. 
  • - Kurangnya dukungan tanah dasar diakibatkan oleh pemompaan, atau hilangnya transfer beban pada sambungan memanjang dan melintang.
  • - Pelat beton kurang tebal.

  • Upaya penanganan:
  • - Pengisian retak dengan aspal untuk retakan melebihi 3 mm. 
  • - Retakan dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam celah beton.
  • - Penambalan di seluruh kedalaman.
  • - Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dapat dilakukan pembangunan pelat kembali secara lokal.

  • 6. Retak Susut (Shrinkage Cracks)
  • Retak  susut  adalah  retak  rambut  yang  biasanya  hanya  beberapa meter  dan tidak berkembang memotong seluruh pelat. Retak ini terjadi saat waktu perawatan beton dan biasanya tidak sampai memotong ke seluruh kedalaman tebal pelat.

  • Faktor penyebab kerusakan :
  • Penyusutan beton pada waktu masa perawatan.

  • Upaya penanganan:
  • Tidak perlu diperperbaiki.

  • 7. Retak Bersilangan Pelat Pecah (Shattered Slab Intersecting  Cracks)
  • Retak bersilangan adalah retak yang memecahkan pelat beton menjadi 4 atau lebih kepingan, yang diakibat dari beban lalu lintas berlebihan. 

  • Faktor penyebab kerusakan :
  • - Beban berlebihan dan kurangnya dukungan lapis pondasi bawah dan tanah dasar.
  • - Kelelahan pelat beton atau pecahnya pelat beton.
  • - Pelat beton kurang tebal.

  • Upaya penanganan:
  • - Pembangunan kembali pelat beton di area pecah secara lokal.
  • - Jika problemnya melebar, pembangunan kembali kekerasan dengan lapisan tambahan (overlay) aspal.



 》DISINTEGRASI

Disitegrasi adalah terurainya pelat beton kedalam bagian kecil-kecil. Kerusakan ini apabila tidak dicegah secepatnya maka harus dilakukan perbaikan total.

Berikut adalah kerusakan beton yang merupakan bagian dari disintegrasi :



1. Scaling/Map Cracking/Crazing


      Map  cracking  atau  crazing  menunjukkan  suatu  bentuk jaringan retak dangkal, halus atau retak rambut yang berkembang hanya di permukaan beton. Retakan cenderung bersudut 1200. Map cracking atau crazing biasanya disebabkan oleh pekerjaan akhir beton yang berlebihan (overfinishing) dan mungkin berakibat scaling yang memecahkan permukaan beton pada kedalaman sampai 1/4 - 1/2  in (6--13 mm). Scaling merupakan pengelupasan permukaan beton semen portland secara berangsur-angsur akibat hilangnya mortar yang diikuti dengan hilangnya agregat, atau hilangnya agregat oleh akibat gangguan, yang diikuti dengan hilangnya mortar. Dalam kerusakan yang sudah parah, pengelupasan permukaan beton bisa berlanjut sampai kedalaman yang dalam. Scaling mudah sekali dikenali dan merupakan kerusakan yang umum terjadi pada beton. Ditinjau dari kekuatan struktur, kerusakan semacam ini tidak berakibat serius.



Faktor penyebab kerusakan :
- Pencampuran adukan beton buruk.
- Agregate kotor yang menyebabkan lumpur dan lempung mengalir ke permukaan saat proses penyelesaian.
- Perawatan/pengeringan beton kurang baik.
Siklus beku-cair, hilangnya lapisan es.

Upaya penanganan:
- Pelat diganti.
- Penambalan parsial atau di seluruh kedalaman
Pada area rusak dengan kedalaman sekitar  10 mm atau kurang, perbaikan sementara dapat dilakukan dengan menggunakan penutup larutan emulsi aspal.
- Jika  kerusakan beton dalam, beton hares (hull) dengan beton aspal sebagai lapisan tambahan (overlay)

2. Gompal (Spoiling)
Gompal  pada  sambungan  dan  sudut  adalah  pecan  atau disintegrasi dari beton pada bagian pinggir perkerasan, sambungan atau retakan pada arah memanjang atau melintang. Gompal tidak meluas ke seluruh pelat, tapi hanya memotong sebagian sambungan atau retakan di sudut.

Faktor penyebab kerusakan :
- Akibat dari penutupan sambungan atau retakan yang buruk, sehingga memungkinkan material keras masuk ke dalam lubang sambungan atau retakan.
- Bentuk sambungan buruk.
- Gompal terjadi oleh akibat panas yang menyebabkan pelat memuai. Pemuaian ini memecahkan beton pada sambungan atau retakan yang terisi oleh material keras, karena pemuaian pelat menjadi tertahan.
- Dowel yang digunakan untuk alat transfer beban memotong sambungan ekspansi, tidak diletakkan dalam posisi sejajar dengan sumbu dan permukaan beton.

Upaya penanganan:
- Penambalan pada sebagian kedalaman, untuk kedalaman gompal lebih besar dari 50 mm.
- Pelapisan tambahan tipis, untuk kedalaman gompal kurang dari 50 mm.

3. Agregat Licin (Polished Aggregate)
Agregat licin adalah tergosoknya partikelagregat di permukaan beton, sehingga permukaannya menjadi licin karena aus. Kadang-kadang, permukaan beton menjadi licin dan mengkilat.

Faktor penyebab kerusakan :
- Kualitas agregat campuran beton tidak bagus, sehingga akibat dari beban lalu lintas, permukaan beton menjadi aus dan licin terutama saat basah atau hujan. Beberapa kerikil secara alami permukaannya halus. Bila agregrat ini tidak dipecah saat digunakan dalam campuran beton maka akan mengurangi kekesatan permukaan.
- Kualitas mortar pada permukaan tidak baik.
- Pengcoran beton kurang baik sehingga mengakibatkan naiknya air semen ke permukaan.

Upaya penanganan:
- Permukaan beton ditutup dengan astral yang tahan aus.
- Dibuat alur-alur kecil untuk mengkasarkan permukaan.

4. Popouts
Popouts adalah pecahan kecil-kecil beton akibat aksi kombinasi beku-cair dan ekspansi agregat yang menyebabkan material beton lepas dan menyebar dipermukaan. Popouts biasanya berdiameter antara 25-100 mm dengan kedalaman 13 - 50 mm.

Faktor penyebab kerusakan :
-  Aksi kombinasi beku-cair dan ekspansi agregrat yang menyebabkan material lepas dan menyebar dipermukaan.

Upaya penanganan:
Tidak perlu diperbaiki.

5. Tambalan dan Galian Utilitas (Patching and Utility Cuts)
Tambalan adalah area beton asli yang telah dibongkar dan diganti dengan material pengisi. Penambalan sering dilakukan dalam area beton guna perbaikan beton, di mana di bawah beton ada parit atau lubang yang harus diperbaiki. Oleh kurangnya pemadatan, maka di area tambalan ini terjadi penurunan yang merusak tambalan.

Faktor penyebab kerusakan :
- Pemadatan tambalan kurang.
- Cara penambalan tidak benar.

Upaya penanganan:
- Tambalan dibongkar dan lapis pondasi bawah dipadatkan lagi, lalu ditambal.
- Perbaikan sementara dapat dilakukan dengan menambal beton yang rusak di permukaan.

6. Lubang (Pothole)
Lubang   adalah   kerusakan berbentuk cekungan akibat penurunan permukaan beton, dengan tidak memperlihatkan pecahan-pecahan bersudut seperti gompal. Pada kerusakan lubang, beton pecah dan ambles. Kedalaman lubang dapat bertambah oleh pengaruh air. Lubang ini terjadi akibat retak dan disintegrasi dari pelat beton.

Faktor penyebab kerusakan :
- Retak lokal didalam tulangan yang terbuka.
- Aksi pembekuan.
- Penempatan dowel terlalu dekat dengan permukaan.
- Retakan atau kerusakan lain yang tidak segera ditutup.

Upaya penanganan:
- Penambalan beton yang rusak dipermukaan untuk perbaikan sementara.
- Penambalan di seluruh kedalaman untuk perbaikan permanen.

7. Kerusakan Penutup Sambungan (Joint Seal Damage)
Kerusakan penutup sambungan adalah sembarang kondisi yang memungkinkan tanah atau batuan berkumpul pada sambungan, atau sembarang  kondisi yang memungkinkan infiltasi air yang berlebihan masuk ke dalam sambungan. Hilangnya penutup sambungan menimbulkan tanggul-tanggul kecil pada sambungan. Kerusakan bahan pengisi sambungan juga dapat menyebabkan masuknya material keras ke dalamnya, sehingga dapat menghalangi pemuaian arah horisontal. Kondisi ini mengakibatkan tegangan berlebihan pada sambungan, sehingga dapat mengakibatkan gompal. Selain itu, masuknya air dapat mengakibatkan pemompaan.

Faktor penyebab kerusakan :
- Aus dan lapuknya bahan penutup sambungan.
- Persiapan pemasangan penutup sambungan buruk.
- Kualitas bahan penutup sambungan rendah.
- Kurangnya adhesi bahan penutup terhadap dinding sambungan.
- Balm penutup sambungan kurang, atau terlalu banyak di dalam sambungan.
- Bentuk penutup sambungan tidak bagus.
- Pemompaan dan rocking pada pelat.

Upaya penanganan:
Penggantian bahan penutup sambungan.

8. Batang Dowel Macet (Frozen Dowel Bars)
Tegangan kekang dapat timbul ketika dowel tidak lurus atau tidak licin, sehingga pelat beton menjadi tidak bebas  memuai dan menyusut.

Faktor penyebab kerusakan :
- Dowel tidak lurus dan licin.

Upaya penanganan :
- Dowel diberi pelicin/diberi minyak
Bila pelat telah mengalami gompal, maka dilakukan penambalan pada dowel yang macet

  • 2.  Jenis-jenis kerusakan lapisan campuran beraspal dan upaya penanganannya

  1. Retak lelah dan deformasi pada semua lapisan perkerasan aspal
Jenis kerusakan jalan aspal yang berupa retak lelah dan deformasi di hampir semua lapisan jalan ini terutama bisa ditemui di jalan-jalan antar provinsi. Penyebabnya tak lain banyaknya kendaraan berat yang lalu lalang seperti bus dan truk. Beban kendaraan yang berat mengakibatkan di setiap lapisan perkerasan terjadi regangan dan tegangan. Beban kendaraan yang terus melintas pada akhirnya membuat munculnya retak lelah serta deformasi.
Jika retak lelah dan deformasi dibiarkan saja, maka ketika musim hujan bisa dipastikan air akan masuk ke dalam retakan dan mengubah retakan menjadi lubang yang semakin lama semakin besar. Karena itu sebaiknya begitu terjadi retak lelah dan deformasi, perbaikan harus segera dilakukan dengan penambalan-penambalan.
Jalan-jalan dengan perkerasan aspal sesungguhnya tidak cocok dilalui oleh jenis-jenis kendaraan berat. Kendaraan berat sebaiknya diarahkan untuk melintasi jalan-jalan beton yang memiliki struktur lebih kuat dibandingkan jalan-jalan dengan perkerasan aspal.

Upaya penanganan:

Segera memperbaiki jalan yang retak dengan menambal aspal tersebut dan membatasi kendaraan yang terlalu berat.

  1. Retak
Ada berbagai jenis retak yang bisa terjadi pada jalan perkerasan aspal, antara lain retak kulit buaya, retak pinggir, retak sambungan bahu, retak refleksi, retak susut, dan retak slip. Salah satu faktor terbesar penyebab retak tersebut adalah buruknya sistem drainase jalan. Karena itu, solusinya tak cukup hanya dengan menambal retakan-retakan yang ada. Sistem drainase perlu dibangun sehingga jenis kerusakan yang sama tidak terjadi lagi.
Sistem drainase yang baik untuk perkerasan jalan aspal harus bisa membuang atau mengalirkan air dengan cepat ke saluran drainase buatan ataupun ke sungai. Sistem drainase ini juga harus mampu membuang air hujan atau air dari sumber-sumber lainnya dan mengendalikan air bawah tanah yang bisa menyebabkan erosi atau kelongsoran. Sistem drainase yang sudah dibangun harus benar-benar terawat dan berfungsi. Sistem drainase perlu dibersihkan secara berkala dari sampah dan rumput agar tetap bisa mengalirkan air dengan lancar.
Idealnya, pembangunan jalan dengan perkerasan jalan aspal harus disertai pula dengan pembangunan sistem drainase. Jika tidak, bisa dipastikan kerusakan jalan aspal tak bisa dihindari. Dalam membangun sistem drainase jalan, ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan antara lain, kondisi topografi sepanjang jalan untuk menentukan bentuk dan kemiringan yang mempengaruhi aliran air, analisa curah hujan maksimum dalam satu tahun pada daerah di area jalan aspal, dan perencanaan sistem drainase agar tidak mengganggu drainase yang telah ada.


Upaya penanganan:

Untuk langkah awal perlu penambalan pada aspal yang retak & sistem drainase perlu dibangun sehingga jenis kerusakan yang sama tidak terjadi lagi.
  1. Distorsi
Distorsi atau perubahan bentuk pada perkerasan jalan aspal bisa terjadi dikarenakan tanah dasar yang lemah dan pemadatan yang kurang optimal di lapisan pondasi. Distorsi yang terjadi pada jalan aspal bisa berupa amblas, jembul, keriting dan alur.
Kerusakan jalan aspal berupa distorsi tidak cukup diperbaiki hanya dengan melakukan penambalan saja. Perbaikan kerusakan distorsi terbilang cukup rumit dan memakan waktu yang tak sebentar. Distorsi pada jalan perkerasan aspal sebaiknya diperbaiki dengan menggaruk kembali, dipadatkan kembali, lalu dilakukan penambahan lapisan permukaan baru.
Tahap pemadatan pada proses pembangunan jalan memang harus dilakukan dengan cermat. Pemadatan wajib dilakukan untuk meningkatkan kekuatan tanah, memperkecil pengaruh air terhadap tanah dan memperkecil daya rembesan air pada tanah. Tahap pemadatan ini dilakukan lapisan demi lapisan sehingga diperoleh kepadatan yang ideal.
Tahap pemadatan ini umumnya menggunakan alat bantu. Contohnya saja penggilas three wheel roller atau penggilas Mac Adam dengan bobot antara 6 ton hingga 12 ton yang digunakan untuk memadatkan material berbutir kasar, tandem roller dengan bobot antara 8 ton sampai dengan 14 ton yang berfungsi untuk mendapatkan permukaan lapisan yang agak halus, dan pneumatik tired roller yang cocok dipakai untuk penggilasan tanah lempung, pasir dan bahan yang granular.


Upaya penanganan:

Perbaikan dengan cara menggaruk kembali, dipadatkan kembali, lalu dilakukan penambahan lapisan permukaan baru
  1. Kegemukan
Kerusakan kegemukan yang dimaksudkan berupa permukaan jalan aspal yang menjadi licin. Kerusakan ini terjadi saat temperatur naik sehingga aspal menjadi lunak dan jejak roda kendaraan akan membekas pada permukaan lapisan jalan. Kerusakan yang disebut kegemukan ini biasanya terjadi pada jalan aspal yang menggunakan kadar aspal tinggi pada campuran aspal atau dikarenakan pemakaian aspal yang terlalu banyak pada tahapan prime coat. Kerusakan jenis ini biasanya dapat diatasi dengan menghamparkan atau menaburkan agregat panas yan kemudian dipadatkan. Atau bisa juga dilakukan pengangkatan lapisan aspal dan lantas diberi lapisan penutup.


Upaya penanganan:

Dengan menghamparkan atau menaburkan agregat panas yan kemudian dipadatkan. Atau bisa juga dilakukan pengangkatan lapisan aspal dan lantas diberi lapisan penutup.

  1. Lubang-lubang
Kerusakan jalan aspal berupa lubang-lubang dapat terjadi ketika retakan-retakan dibiarkan tanpa perbaikan sehingga akhirnya air meresap dan membuat rapuh lapisan-lapisan jalan. Lubang-lubang yang awalnya kecil ini bisa berkembang menjadi lubang-lubang berukuran besar yang dapat membahayakan pengguna jalan.

Upaya penanganan:
Lubang-lubang pada jalan aspal tersebut bisa diperbaiki dengan membersihkan lubang-lubang terlebih dahulu dari air serta dari material-material yang lepas. Setelah itu bongkar lapisan permukaan dan pondasi sedalam mungkin agar bisa mencapai lapisan yang paling kokoh. Barulah kemudian tambahkan lapisan pengikat atau tack coat. Lantas isi dengan campuran aspal dengan cermat. Padatkan lapisan campuran aspal tersebut dan haluskan permukaannya sehingga sama rata dengan permukaan jalan lainnya.
Lubang-lubang jalan aspal yang ditambal tanpa dibersihkan atau dibongkar terlebih dahulu hanya akan menghasilkan tambalan yang rapuh. Akibatnya lubang kembali terjadi hanya beberapa saat setelah penambalan dilakukan.
  1. Pengausan
Kerusakan pengausan ditandai dengan permukaan jalan aspal yang menjadi licin. Kerusakan ini sepertinya terlihat sepele, padahal kenyataannya kerusakan ini bisa membahayakan pengguna jalan. Kendaraan yang melintas menjadi lebih mudah tergelincir pada kondisi jalan seperti ini.
Pengausan dapat terjadi dikarenakan penggunaan agregat yang tidak tahan aus terhadap roda-roda kendaraan atau agregat yang tidak berbentuk cubical, misalnya agregat berbentuk bulat dan licin.

Upaya penanganan:

Kerusakan semacam ini bisa diatasi dengan menutup area permukaan jalan aspal yang rusak dengan buras, latasir atau latasbun.
  1. Stripping
Kerusakan stripping atau pengelupasan lapisan permukaan dapat terjadi dikarenakan kurangnya ikatan antara lapisan bawah jalan dan lapisan permukaan, atau lapisan permukaan yang terlampau tipis. 

Upaya penanganan:

Untuk kerusakan seperti ini, langkah perbaikan yang bisa dilakukan bukanlah dengan penambalan melainkan bagian yang rusak terlebih dahulu harus digaruk, kemudian diratakan. Barulah setelah itu dilapisi dengan buras.

8. Tergerus (Raveling)
         Raveling adalah kerusakan yang berlanjut pada lapisan hot mix dari permukaan berlanjut ke bawahnya sebagai akibat terlepasnya butiran agregat. Penyebab dari kerusakan ini yaitu Hilangnya ikatan butiran agregat dan aspal.Terjadi juga karena pelepasan mekanis oleh jenis lalu lintas tertentu.

Upaya penanganan:
Melakukan penambalan atau menambahkan aspal sebagai bahan pengikat.


     9. Erosi Jet Blast (Jet Blast Erosion)
  Erosi Jet Blast adalah kerusakan perkerasan beton aspal pada bandara. Kerusakan ini menyebabkan area permukaan aspal menjadi gelap ketika pengikat aspal telah terbakar . Area terbakar lokal mempunyai kedalaman yang bervariasi sampai sekitar ½ in (12,7 mm).

Upaya penanganan:

Melakukan perawatan yang rutin pada aspal.

    10. Melendut (Depression)
   Depression adalah daerah setempat perkerasan yang lebih rendah dari elevasi yang sesungguhnya, lendutan ini umumnya terjadi setelah hujan dan air masuk ketepi perkerasan. Kemungkinan penyebabnya yaitu pemadatan yang tidak cukup, atau ada bagian subgrade yang lemah.

Upaya penanganan:
Dengan cara menggaruk aspal tersebut kemudian diurug kembali dan dipadatkan sepadat mungkin agar tidak terjadi amblasan/melendut.



    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TJR 3_PERTEMUAN KE - 10

  NAMA           : MUH.IWAN SABRI NIM                : 417110049 KELAS          : 6 B PENJELASAN TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA  ...